Perkumpulan
Sidik Amanah Tabligh Vathonah (SATV) adalah kelompok pengajian kaum muda
di Kauman, Solo, yang dirintis oleh Haji Misbcah, Koesen, Harsoloemekso, dan
Darsosasmito pada tahun 1915. Kelompok pengajian ini didirikan tiga tahun
setelah kepemimpinan Sarekat Dagang Islam (SDI) diambil alih dari H.
Samanhoedi oleh H.O.S. Tjokroaminoto. Sebagai redaktur surat kabar Oetoesan
Hindia dan aktivis pergerakan yang cukup berpengalaman, Tjokroaminoto
mengubah Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam berpusat di
Surabaya (11 November 1912). Barangkali, kelahiran SATV merupakan reaksi
terhadap kepemimpinan SDI Solo yang mulai redup. Sebab, sebelum perkumpulan ini
didirikan, Haji Misbach, Koesen, Harsoloemekso, dan Darsosasmito adalah anggota
dan pengurus SDI. Barangkali pula, kelahiran perkumpulan ini merupakan bentuk
ekspresi kekecewaan terhadap SDI pimpinan H. Samanhoedi yang kian redup.
Pada
mulanya, SATV merupakan perkumpulan pengajian bagi para pedagang batik di
Kauman dan Laweyan, tetapi kemudian berkembang menjadi sebuah organisasi
keagamaan yang menitikberatkan perjuangan dan pemberdayaan kaum Muslimin di
Solo. Sejak pertama kali berdiri (1915), perkumpulan ini menyelenggarakan
sekolah-sekolah Islam modern, mendirikan panti asuhan, melakukan pembelaan terhadap umat Islam
dan menerbitkan surat kabar di Solo. Sekolah modern dn panti asuhan yang dirintis
SATV kurang begitu maju, tetapi gerakan pembelaan terhadap umat Islam dan
penerbitan surat kabar Medan-Moeslimin dan Islam Bergerak mampu
mengangkat nama perkumpulan ini.
Pada
tahun 1915, terbit surat kabar Mardi Rahardjo milik kelompok missionaris
Kristen di Solo. Penerbitan surat kabar ini menjadi salah satu pemicu lahirnya
perkumpulan SATV. Untuk membendung arus Kristenisasi lewat media massa, SATV
menerbitkan surat kabar Medan-Moeslimin. Haji Misbach dan Haji Hisjam
Zaini menjadi perintisnya. Namun, nomor edisi perdana surat kabar Medan-Moeslimin
justru berisi seruan memajukan agama Islam, tidak menyerang surat kabar Mardi
Rahardjo.
Selain
menerbitkan Medan-Moeslimin, perkumpulan SATV juga merintis penerbitan Islam
Bergerak (1917). Lagi-lagi Haji Misbach yang menjadi perintisnya. Dia yang
berkawan dekat dengan Mas Marco Kartodikromo dan Haji Fachrodin (Yogyakarta)
meminta keduanya bergabung dalam jajaran redaksi Medan-Moeslimin dan Islam
Bergerak. Bahkan, Haji Fachrosin termasuk tangan kanan Haji Misbcah dalam
mengelola penerbitan dua surat kabar ini.
Pada
tahun 1918, Martodharsono, pemimpin redaksi surat kabar Djawi Hisworo,
menulis artikel kontroversial yang memojokkan umat Islam di Solo. Martodharsono
mantan aktivis Sarekat Islam (SI) dan pernah menjadi kawan dekat Haji
Samanhoedi dan Sosrokoernio. Mantan aktivis SI in berbalik menyerang umat Islam
lewat artikelnya yang menyebutkan bahwa “Nabi Muhammad saw pemabuk dan pecandu
opium”.
Menanggapi
serangan Martodharsono, pimpinan Centraal Sarekat Islam (CSI) membentuk
komite Tentara Kanjeng Nabi Mohammad (TKNM) sebagai upaya pembelaan
terhadap umat Islam. Ketua sub komite TKNM Solo dipegang oleh Haji Hisyam
Zaini, kawan Haji Misbach. Ketika TKNM tidak mampu memberikan pembelaan
terhadap umat Islam dari serangan Martodharsono, Haji Misbach mengambil alih
kepemimpinan sub komite TKNM Solo dari tangan Haji Hisyam Zaini. Tetapi para
pimpinan CSI tidak solid menanggapi serangan Martodharsono. Melihat perpecahan
di tubuh CSI memaksa Haji Misbach membentuk tentara Islam dengan basis massa
pengajian SATV. Dengan kekuatan tentara SATV, Haji Misbach menantang
Martodharsono berdebat di depan publik untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Tetapi debat publik ini tidak sempat digelar karena pimpinan CSI
memang tidak solid dan para pimpinan komite TKNM sendiri terpecah. Pasca
kejadian ini, Haji Misbach memilih menjadi kekuatan oposisi di tubuh Sarekat
Islam (SI Merah).
Jamaah
pengajian SATV memang sehaluan dengan gerakan pembaruan Islam di Yogyakarta
(Muhammadiyah). Kelompok pengajian di Solo ini sering mengundang
mubaligh-mubaligh Muhammadiyah untuk mengisi ceramah keagamaan di forum ini.
Salah satu tokoh Muhammadiyah yang sering diundang mengisi pengajian ini adalah
KH Ahmad Dahlan, pendiri dan president Hoofdbestuur (HB) Muhammadiyah.
Pada suatu ketika, setelah selesai mengisi pengajian di markas SATV (di rumah
Moechtar Boechari), KH Ahmad Dahlan melihat anak-anak anggota Javaansche
Padvinders Organisatie (JPO) sedang latihan di depan Pura Mangkunegaran. President
HB Muhammadiyah ini tertarik melihat aktivitas JPO. Sepulang dari Solo, KH
Ahmad Dahlan meminta bantuan Soemodirdjo (guru standaard school
Suronatan) dan Sjarbini (guru standaard school Bausasran) untuk
membentuk Pandu Muhammadiyah (Hizabul Wathan).
Ketika
Muhammadiyah membentuk Bagian Tabligh pertama kali (1920) yang dipimpin oleh
Haji Fachrodin, jamaah pengajina SATV sudah menjadi jaringan dakwah
Muhammadiyah. Pada tahun 1920, Haji Misbach terlibat dalam aksi pembakaran
ladang tebu sehingga dia dijebloskan ke dalam penjara di Klaten. Selama Haji
Misbach dipenjara, jabatan pemimpin redaksi Medan-Moeslimin dipegang
oleh Haji Fachrodin. Sejak dalam kendali Haji Fachrodin, forum pengajian SATV
dan surat kabar Medan-Moeslimin menjadi pendukung Muhammadiyah. Bahkan,
Haji Fachrodin telah memasukkan KH Ahmad Dahlan (Khatib Amin) dalam jajaran
redaksi. Medan-Moeslimin bersama Moechtar Boechari, Abdul Hamid, dan
Haroen Rasid.
Pada
tahun 1922, Haji Misbach bebas dari penjara. Karena perbdeaan pandangan
politik, Haji Misbach membersihkan jajaran redaksi Medan-Moeslimin dan Islam
Bergerak dari para pendukung Muhammadiyah. Haji Fachrodin, kawan dekat Haji
Misbach, juga tidak lagi sehaluan dengan politik dua surat kabar ini. Dia
keluar dari jajaran redaksi dan diikuti oleh Harsoloemekso dan Moechtar
Boechari. Pasca konflik inilah, Haji Misbach dan Sismadi Sastrosiwojo menjadi
kubu yang menentang Muhammadiyah.
Dalam
vergadering pada 13 AGustus 1922 di rumah M. Sontohartono (Keprabon),
struktur Muhammadiyah cabang Solo terbentuk secara resmi dengan menempatkan M.
Ng. Sastrosoegondo sebagai ketua, Moechtar Boechari sebagai wakil ketua, Harso
loemekso sebagai sekretaris, dan M. Sontohartono sebagai bendahara (lihat
Harsoloemekso, “Moehammadijah Tjabang Soerakarta.” Soewara
Moehammadijah, no. 9/th ke-3/1922). Kelompok pengajian SATV yang sehaluan
dengan Haji Fachrodin dan KH Ahmad Dahlan bergabung dalam Persyarikatan
Muhammadiyah. [mu’arif]
baca selanjutnya...
Pergerakan Pra Muhammadiyah bagian 2
Pergerakan Pra Muhammadiyah bagian 2
baca selanjutnya...
Pergerakan Pra Muhammadiyah bagian 2
Pergerakan Pra Muhammadiyah bagian 2
As stated by Stanford Medical, It is really the SINGLE reason women in this country get to live 10 years more and weigh 42 lbs lighter than we do.
BalasHapus(Just so you know, it has absolutely NOTHING to do with genetics or some secret exercise and really, EVERYTHING related to "how" they eat.)
BTW, What I said is "HOW", not "what"...
TAP on this link to reveal if this little quiz can help you unlock your real weight loss possibilities