20.58
2

Penjajah Kolonial Belanda 

Masa penjajah Kolonial Belanda Ajibarang merupakan tempat pertahanan  dan persinggahan para Pejabat Belanda.  Gedung-gedung tua peninggalan Belanda  banyal terdapt di Ajibarang. Gedung Polisi Belanda yang disebut Duth Police (DP) yang sekarang menjadi gedung dinas Direktur BRI Cabang Ajibarang yang telah direnofasi. Kantor Pos, Kantor Pegadaian, Gedung Sekolah Kedung Kecamatan dan gedung  milik penduduk   berarsitektur Belanda  tetap di sebelah selatan masjid Jam' Ajibarang yang sering digunakan untuk menjamu atau berpesta pora para Walondo  pada saat itu.

Masjid Jami' Ajibarang yang dikenal saat itu sebagai pusat ke-naiban (KUA) sebagai pusat  kegiatan Islam. Disinilah para da'i, mubaligh mubalighat  datang dan pergi.  Para dai dari luar Ajibarang banyak memberi pembelajaran pada   orang-orang Ajibarang. Dai atau  disebuh Kyai yang termashur untuk ditimba ilmu  adalah Bapak Kyai Jawahir  yang bertempat tinggal di belakang Pasar Ajibarang atau persis di belakang rumah Mbah Eyang H. Abdul Qadir. Demikian juga Mbah Eyang Abdul Qadir yang datang dari kota Kebumen dan berniaga menjual dagangan berupa kain batik, tenun dan pengusaha delman  yang berjualan di utara masjid Jami'. Dibelakang masjid tempat tinggal  Mbah Eyang Mujeni sebagai  penghulu, demikian pula tokoh-tokoh lain seperti Mbah Eyang Sobari. Semua beraktitas beribadah di Masjid Jami' Ajibarang.

Panti Kesejahteraan Oemat (PKO) Muhammadiyah 
Para  dai   dan pejabat agama saat itu sangat dekat dengan masyarakat di sekelilingnya termasuh dengan jama'ah masjid Jami'.   Mulailah  Muhammadiyah telah menampakan sinarnya dengan didirikannya Panti Kesejahteraan Oemat (PKU) yang berada di utara masjid sekarang tanah tersebut di tempat keluarga Bpk. Ahmad Sabuli.

Madrasah Diniyah (Awiliyah) Muhammadiyah
Dengan bergotong royong warga Muhammadiyah dan anak anak Muhammadiyah mengambil batu dari sungai datar setiap sore. Sambil menyelam minum air kebanyakan orang-orang Ajibarang terutama blok kauman untuk keperluan MCK ke sungai Tengah atau sungai Datar saat itu air sungai masih bersih dan bening kecuali lagi buthek (keruh) karena hujan. Sedikit demi sedikit batupun (semen merah) terkumpul, demikian batu bata yang dibuat para warga terkumpul. Rambate rata hayo, hulubis kuntul baris dalam pembangunanyapun melihatkan warga dari yang  menyediakan makanan dengan bergilir, mengaduk membantu  para tukang batu wow...  riuh rendah kendengarannya suara para pekerja yang ikhlas berjuang demi mendirikan madrasah. Para murid-muridnya yang berasalah dari Ajibarang dan sekitarnya  satu-satunya madrasah diniyah di Kawedanan Ajibarang. Para warga bisa menimba ilmu saat itu dengan pengajian ba'da maghrib di rumah-rumah orang. Alhamdulillah Muhammadiyah Ajibarang dapat membangun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang sistimatis terstruktur dan sudah mesti terpogram. Tanpa mengesampingkan peran para ulama dengan pengajian di rumah para mubaligh-mubalinghat karena waktu belajar diniyah yang dikenal saat itu dengan nama Sekolah  Arab waktu belajar di sore hari jam 14.00 s.d 16.00 dan waktu pengajian (ngaji)   ba'da maghrib sekitar pukul 18.30. dan juga mengganggu kegian sekolah pagi saat itu SD atau Sekolah Rakyat (SR)

Madrasah Diniyah (Wustho)
Madrasah Diniyah telah berjalan kegiatan belajar mengajarnya, Muhammadiyah Ajibarang tancut tali wondo, singsingkan lengan baju bersiap-siap lagi membangun sekolah lanjutan diniyah awaliyah ke tingkat lebih tinggi yakni Madrasah Wustho.

Pusat Komando Pasukan Hisbullah
laskar hisbullahjava computer ajibarangDiceritakan oleh ibuku,  Pasukan Hisbullah yang merekrut para pemuda Islam Ajibarang berbaris rapi dengan kobaran api semangat "Jihad Fi Sabilillah"   dengan menggemakan sura "ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR"... suara yang lantang dikomandani Bapak Kyai Alwi Zaenudin menuju ke medan perang melawan mengusir penjajah walau dengan persenjataan seadanya. Gema takbirpun terus memecahkan bumi Angkasa Ajibarng sampai sayup-sayup tak terdengar tandanya sudah berjalan jauh keluar dari Ajibarang menuju medan laga. Doapun dipanjatkan atas keselematan dan kemenangan yang diperlehnya.

Di saat para masyarakat Ajibarang mengungsi (evakuasi) demikian pula anggota Tentara Hisbullahpun ikut di dalamnya karena kemerdekaan telah diraihnya.  Agresi Militer I tahun 1947 Komandan Hisbullah Bapak Kyai Alwi Zaenudin ditangkap di pengungsian dan dibawah Tentara Belanda ke Markas Belanda  (sebelah timur PKU Muhammadiyah sekarang)  tepatnya rumah Bpk. H. Agus dan Haji Slamet (Heri Purwanto). Disinilah  Sang Komandan diikat kedua jempol tangannya dan langsung dibunuh. Menurut keterangan para jongos Belanda (juru masak) kebetulan orang Ajibarang hanya bilang dibunuh dan dikubur di belakan gedung. Selang beberapa tahun saat itu akan dibangunnya rumah warga ditemukan  tulang manusia di bagian galian pondasi. Karena tulang manusia akhirnya para pekerja menggali dengan hati-hati untuk diambil semua tulang-tulangnya. Keadan saat itu dalam kondisi membungkuk dan masih menggunakan sabuk serta mengenakan cincin di jari tangannya. Tanpa pikir panjang karena cerita meninggalnya Kyai Alwi sudah  melegenda sang pemilik rumah menanyakan pada saudaranya yang kebetulan tidak jauh dari tempat tinggalnya. Gayungpun bersambut hingga akhirnya kumpulah para keluarga  adik-adik Kyai Alwi dan memutuskan bahwa benar ini Jenazah Kang Ali jelas kata Bpk. Haji Abdul Latif yang diamini saudara lainnya seperti Bapak Abdul Shomad, BApak Abdul Haris, dan  Bapak Khasbullah. Setelah berembug  keranga jenazah Kyai Alwi di bawah ke rumah asal (blok Muskhsinun) untuk diberangkatkan ke pemakaman umum Ajibarang Wetan  di sandingkan dengan Keluarga Besar H, Abdul Qadir. Sebagai ucapan terima kasih dari Pemerintah Ajibarang telah diabadikan menjadi nama jalan "JLN. ALWI ZAENUDIN"  jalan dari Taman Kota ke timur.
masjid jami' at-taqwa ajibarang pencetak kader islam ajibarang
Seiring zaman berlalu,   suksesi kepeminmpinan nasionalpun berganti dari Soekarno  berganti era Soeharto. Pada masa awal kepemimpinan Presiden Soeharto orang Islam terutama dari kalangan Masumi yang nota benenya banyak dari warga Muhammadiyah sersa mendapat  angin segar, seperti mendapat ganti setelah didholimi  Pemerintah Orde Lama di bawah kepemimpinan Soekarno dengan Nasakom (nasional agama dan komunis).  Masumi dan Muhammadiyah menolak  keras Komunis atau PKI maka  dengan serta merta Soekarno membubarkan  Masumi dan warga Muhammadiyah menjadi ejekan kaum nasional dan agama serta  komunis disebutnya orang Muhammadiyah "kepala batu" seprti dalam satu lagu Nasakom Bersatu singkirkan kepala batu.

Pemuda  Muhmmadiyah
Pemuda  Muhmmadiyah  menjadikan Masjid Jami' menjadi Base Camp   untuk  mengatur aktifitas keorganisasian saat itu. Pemuda dan Pemudi  Angkatan Muda Muhammadiyah aktif mengadakan pengajian ke  desa-desa saat itu belum terbentuk ranting.  Kunjungan atau disebut Turun ke Bawah (Turba)  Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul 'Aisyiyah bersama-sama menggalang kekuatan untuk melebarkan sayapnya,

Tumbanglah Orde Lama hadirlah  Mayjen Soehatto    yang merupakan kader Muhammadiyah menjadi Presiden menggantikan Soekarno.  Warga  Muhammadiyah terasa dininabobokan sehingga ditahun 1967 s.d 1980 tak ada gerakan apa-apa teruma yang saya lihat di Ajibarang. Beda waktu akan munculnya G302SPKI  gegap gempita gerakan pemuda  terutama di Ajibarang dan di seantero negeri ini ramai.

Pelajar Islam Indonesia (PII)
Dalam kefakuman inilah   Pelajar Islam Indonesia (PII)  di akhri tahun 70-an  ada utusan dari PD PII Banyumas  yang bersilaturahmi ke rumah Bapak Chusairi Irsyad. Dalam kunjungan itu perwakilan PII mengobarkan semangat  ntuk  Pelajar Islam Indonesi bangkit lagi. Tak butuh waktu panjang Bapak Chusairi memanggil 2 (dua) pemuda untuk membentuk organasasi PII yang selama ini fakum.  Kefakuman ini sebenarnya dirasakan oleh  Pemuda Muhammadiyah juga. Alhamdulilah setelah  terbentuknya Pengurus PII Cabang Ajibarang bisa diterima oleh  pelajar Ajibarang.  Pusat kegiatan dan sekaligus sebagai pusat gendu-gendu rasa Masjid Jami'lah pilihan tepat.  Kegiatan  pengkajian Ahad pagi,  Training Center (TC) dan pengkaderan  yang diadakan Ajibarang, Purwokerto, Purbalingga sering kali utusan dari PII Cabang Ajibarang ikut di dalamnya. Entah berapa anak dan siapa saja penulis udah lupa.

Ikatan Pelajar  Muhammadiyah (IPM)
Selang beberapa tahun  di awal tahun 80-an datanglah utusan dari Pimpinan IPM Daerah Banyumas dengan membawa Surat Perihal Untuk segera dibentuk  Pengurus Ikatan Pelajar Muhammadiyah Ajibarang. Kematangan dan pengkaderan yang telah dibentuk oleh Pelajar Islam Indonesia membawanya  untuk menangani Organisasi Otonom Muhammadiyah yakni IPM.  Mengingat kebanyakan dari pengurus PII adalah pemuda dan pemudi Muhammadiyah maka tanpa syarat personil  PII menjadi pengurus IPM hanya ada beberapa orang anak yang tidak masuk karena  dari ormas lainnya. Sebagai Base Camp Masjid Jami'  di malam hari termpt berkumpul para aktifis IPM. Sambil menunggu Bapak Abdullah Mukhsin yang setiap malam istiqomah mengerjakan sholat tahajud (qiyamul laili) pada pukul  02.00 dini hari   berjamaah bersamanya. Dimana pada sore hari berkumpul di rumah Bapak Harun Yusufi untuk berdiskusi  ataupun mengupas menelaah kajian  makalah yang dibuat oleh para sarjana yang ada pada saat itu. Tidak ketinggalan pula belajar Bahasa Arab  yang dipandu oleh Bapak Abdullah Mukhsin.

Pada tahun-tahun inilah saat-saat Pemerintah Orde Baru  mulai mencengkeram, pasang seribu mata untuk mengawasi kegiatan  pemuda, organisasi masa yang agar  loyal pada pemerintah. Tak terkecuali di desa kecamatan yang kecil ini  Pembentukan Kepengurusan Pemuda Muhammadiyah  yang telah diadakan  dalam  Musyawarah Pemuda Muhammadiyah Cabang  Ajibarang ternyata diacak-acak nama-nama anak yang tidak seafiliasi dengan pemerintah maksudnya bukan dari Golongan Karya. Protespun dilancarkan tapi apalah gunanya guna melindungi segenap aktifitas gerakan organisasi  maka harus dirubah demikian jawaban dari Ketua Muhammadiya Cabang Ajibarang (istilah PMC 80-an).

Mulailah bergolak aktifis IPM yang telah menyerahkan kepemimpinan kepada yang lebih muda dalam beberapa periode  kini  telah  menjadi Pemuda Muhammadiyah  yang tidak diakui oleh pimpinan di atasnya. Maka terbentuklah  gerakan pengajian Remaja Masjid yang dipakai saat itu dengan nama  Remaja Islam (ReI) sebagai payung organisasinya adalah "Angkatan Muda Muhamamdiyah" yang bisa membawahi organisasi otonom Muhammadiyah seperti IPM. Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul 'Aisyiyah (NA).  Adanya beberapa nama kelompok  Remaja Islam Kauman (Remika), Remaja Masjid Miftahul Huda blok PDAM (Remifda), Remaja Generasi Nurrohmah  (Reigen),  Remaja Mushola 'Aisyiyah (Rima), Remaja Al'amin, Remaja Al-Mukhsinun, Remaja A. Yani.  Bermacam kegiatan seperti pengajian rutin malam Ahad secara bergilir di setiap mushola  yang tergabung dalam Remaja Masjid.  Silaturahmi Lebaran 'Idul Fitri, Pengajian Akbar dalam hari-hari besar Islam, Pertandaingan dan lomba  dibeberapa kesempatan, Kegiatan rutin tahunan di waktu liburan sekolah mengadakan "Kemah AMM" , pada awal kegiatan  ditempatkan di daerah Pantai Ayah (Logending),  di Keduangung (Winduaji), Gumelar, Curug Cipendok, Batur  Dieng dan beberapa tempat lain penulis sendiri sudah jatuh sakit jadi tidak aktif lagi dalam kegiatan tersebut (th. 1987).

Taman Pendidikan Al-Qur'an
Saat ini metode belajar membaca Alquran sudah semakin berkembang, salah satu metode belajar membaca Alquran yang paling umum di Indonesia adalah dengan menggunakan metode Iqra.

Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan metode belajar membaca Alquran yang satu ini. Metode Iqro' sendiri merupakan sebuah metode belajar membaca Alquran yang langsung menekankan untuk mengenal huruf-huruf arab (hijaiyah) dan sekaligus latihan membaca.

Di awal tahun sembilan puluhan (1990) ada  usaha untuk mempromosikan cara  membaca Alqur'an (tulisan arab)  dengan metode Iqro pada bulan ramadhon di sore hari yang  dilaksanakan di masjid Jami'At-Taqwa Ajibarang. Namun kegiatan itu tidak berlangsung lama hanya berjalan di bulan romadhon. 

Perlu diketahui tahun-tahun ini kegiatan atau aktifias pelajar di sekolah tidak diperkenankan lagi selain Osis.   Ikatan Pelajar  Muhammadiyah (IPM) berganti nama dengan Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) entah apa artinya remaja dengan pemuda atau NA belum lagi di organisasi seperti IPNU dan IPPNU  Ikatan  atau n Pelajar Putra/Putri berganti nama dengan pemuda dan pemudi2 apa  bedanya dengan anshor dan fatayat.  

Untuk mensiasati keadaan situasi tersebut para pelajar dan kebetulan untuk mahasiswa tidak ada perubahan, maka beberapa anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang ada di Ajibarang  mengadakan pengajian di Masjid Taqwa untuk mendirikan Taman Pendidikan Al-Quran.  Perkembangan TPA At-Taqwa berjalan sangat cepat sistematis dan terorganisir. Dibeberapa kesempatan para ustadz-ustadzah mengikuti pelatihan  di kota Yogyakart dan kota lainnya guna  menunjang KBM Taman Pendidikan Al-Qur'an.  Badan Koordinasi TPA terbentuk sebagai sarana komunikasi (silaturahmi) antar Pengajar/pendidik Taman Pendidikan Al-Qur'am.  Meliputi daerah Ajibarang, Cilongok, Pekuncen, Gumelar dan Brebes Selatan.  Komunikasi dengan Pusat TPA yakni kota Yogyakarta sangat intensif, bukan saja dalam pelatihan tapi pengadaan sarana  serta seragam TPA-pun didatangkan dari kota Yogyakarta.

Antusia masyarakat Ajibarang sangat mendukung maka berbondong-bondonglah para orang tua/wali kebanyakan ibu-ibu mendaftara putra putrinya dan banyak pula yang menunggui dikala anak-anak (santri) belajar.

Sungguh mulia para ustadz/ustadzah tanpa mengharap upah atau jasa mereka  mengajarkan mendidikan para santri dengan penuh keikhlasan. Sampa pada saat  Wisuda ada salah satu wali santi seorang ibu menangis terharu dan menangis setelah mendengar para ustadz-ustadzah tanpa mengharap honor, upah apalagi gaji pada setiap bulannya.  Dalam penuturan sambutannya beliau mengikhlaskan memberikan shodaqoh sebagai donatur tetap setiap bulannya. Memang anggaran pembiayaan operasional TPA AT-Taqwa  dari iuran para santri dengan nilai rupiah sangat kecil saat itu.  Memang telah berjalan disamping dari infaq santri  TPA mencari dana tambahan dari para donatur yang setiap bulan ditarik dengan nilai nominal yang beragam guna menutup kebutuhan pengelaran.

Alhamdulillah telah TPA At-Taqwa masih berjalan sampai sekarang telah menelorkan para ustadz ustadzah dan para santri. 


baca pula :
Perniagaan (Jualan) di Lingkungan Masjid
Masjid AT-Taqwa Bagai Muslimah nan Cantik lagi Kaya

2 komentar:

  1. If you're trying to lose kilograms then you certainly need to jump on this totally brand new custom keto diet.

    To create this service, certified nutritionists, fitness trainers, and top chefs have united to develop keto meal plans that are effective, convenient, price-efficient, and delightful.

    Since their first launch in January 2019, 1000's of individuals have already remodeled their figure and health with the benefits a professional keto diet can give.

    Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover 8 scientifically-tested ones given by the keto diet.

    BalasHapus
  2. This is how my associate Wesley Virgin's report launches with this shocking and controversial video.

    You see, Wesley was in the military-and soon after leaving-he discovered hidden, "MIND CONTROL" tactics that the government and others used to get anything they want.

    As it turns out, these are the exact same SECRETS lots of famous people (notably those who "became famous out of nothing") and top business people used to become rich and famous.

    You probably know that you use only 10% of your brain.

    Really, that's because the majority of your brainpower is UNCONSCIOUS.

    Perhaps this thought has even occurred INSIDE OF YOUR very own mind... as it did in my good friend Wesley Virgin's mind 7 years ago, while riding a non-registered, garbage bucket of a car without a license and with $3.20 in his pocket.

    "I'm absolutely fed up with living paycheck to paycheck! When will I finally succeed?"

    You took part in those questions, ain't it so?

    Your success story is going to start. Go and take a leap of faith in YOURSELF.

    Watch Wesley Virgin's Video Now!

    BalasHapus