JAVA COMPUTER
AJIBARANG
Computer Service Center - Education, - Maintanance - Sale
Repair Computer, Laptop/NoteBook, Printer.
Lembaga Kusus dan Pelatihan Jln. Pandansari No.9
Ijin Pemda dan Telah Divalidasi
Kementrian Pendidikan Nasional Jakarta
Akta Notaris Henny Dwi BudiastutyAnggraeni, S.H, M.Kn.
Akta Notaris Henny Dwi BudiastutyAnggraeni, S.H, M.Kn.
Ajibarang - Banyumas - Jawa Tengah
Mobile: 085 743 622 909
Panggilan Ke Rumah maupun Kantor
Panggilan Ke Rumah maupun Kantor
Hari Minggu/Libur Buka
BERJUANG MENJAGA DAN MEMBESARKAN MUHAMMADIYAH
Oleh :
Prof. Dr. Thohir Luth, MA (Ketua PWM Jawa Timur)
Menjaga Muhammadiyah, apalagi
berjuang membesarkan Islam melalui Persyarikatan Muhammadiyah pada zaman
sekarang dan akan datang tentunya lebih berat. Disebut demikian, karena masyarakat
pada umumnya dan warga Muhammadiyah pada khususnya harus vis a vis dengan tiga
hantu global yang sedang genit merayunya. Ketiga hantu global itu adalah:
kapitalisme, hedonisme dan liberalisme global. Kapitalisme global kini sedang
memasarkan faham yang ingin menjadikan manusia dalam setiap aktivitasnya untuk
dan hanya mendapatkan materi semata. Sehingga dahulu kita hanya mengenal time
is money, waktu adalah uang, sekarang orang mulai bergegas mengatakan time is
more-more money, waktu hanya dan untuk uang semata. Maka benarlah sosiolog
modern mengatakan, orang di zaman kapitalisme global ini telah menjadikan
manusia sebagai mata duitan, alias uang/harta adalah segalanya. Mungkin, mereka
seperti inilah yang dikatakan Nabi SAW "celakalah hamba-hamba dinar dan
dirham". Sementara itu, hedonisme globalpun tidak ketinggalan
mengkampanyekan ide-idenya, yaitu mengajarkan manusia menjadikan kesenangan
tanpa batas sebagai tujuan hidupnya. Kendatipun hedonisme global menjanjikan
kebahagiaan palsu, tetapi sudah banyak manusia yang menjadi pendukungnya. Dalil
mereka hanya satu dalam kehidupan ini, yaitu "kullu syain halalun",
semuanya/segalanya halal. Demikian pula liberalisme global yang terus menerus
mengajarkan faham kebebasan tanpa batas. Tak pelak melalui cara berfikir,
manusia bisa merubah kebenaran mutlak dalam agama menjadi kebenaran
nisbi/temporer atau sementara.
Alhasil, warga Muhammadiyah dan para
pemimpinnya tidak luput dari pengaruh ketiga hantu global tersebut. Dan bukan
mustahil bisa mengurangi komitmen dan militansi perjuangan kita dalam
Muhammadiyah. Sehingga, sejauh mana kita bertahan, bahkan berhasil
menaklukkannya sangat bergantung niat untuk apa kita berjuang di dalam
Muhammadiyah. Jika diniatkan ikhlas membesarkan Islam melalui Persyarikatan Muhammadiyah,
maka ketiga hantu global tersebut pasti punah setidak-tidaknya takut dengan
orang-orang Muhammadiyah. Kalau diniati untuk nunut urip (menumpang hidup),
maka tidak mustahil Muhammadiyah terutama amal usahanya pasti menjadi rebutan.
Bahkan juga sebagai ajang jegal-menjegal sesama warga Muhammadiyah supaya bisa
mendapatkan kehidupan dalam Muhammadiyah.
Bahwa kita berjuang di dalam
Muhammadiyah membutuhkan materi atau modal memang iya, tetapi itu bukan
segalanya. Karena masih ada modal yang teramat berharga ketimbang materi, yaitu
modal SDM (Sumber Daya Manusia) yang ikhlas dan istiqomah. Dengan modal SDM
inilah kita melakukan gerakan pembebasan, pemberdayaan pencerahan dan kemajuan
untuk tetap menjaga sinar mentari Muhammadiyah selalu cerah menyinari bangsa,
kendatipun sesekali dipotong awan mendung kekuasaan dengan hegemoninya. Dan
Muhammadiyah sudah terlatih berpiaru menghadapi hegemoni kekuasaan tersebut.
Yang penting buat kita warga Muhammadiyah lebih-lebih para pemimpinnya tetap
menjaga komitmen ideologi Muhammadiyah dengan meningkatkan militansi perjuangan
dalam Muhammadiyah. Insya Allah, pengaruh setan gundul apapun dan dimanapun
seiring dengan maraknya pengaruh ketiga hantu global tersebut, pasti akan
punah. Dan datang kemudian adalah masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sesuai
cita-cita dan tujuan dari Muhammadiyah. Oleh karenanya menjaga keberadaan
Muhammadiyah, dan terus berjuang membesarkan Islam melalui Persyarikatan
Muhammadiyah, adalah satu keniscayaan buat kita semuanya. Dengan demikian, maka
warga Muhammadiyah dan para pemimpinnya menjadi pemegang saham mayoritas dalam
urusan ritual, maupun sosial, dan itu semuanya menjadi kekayaan kita secara
personal. Bukankah kita lebih berharga dimata Allah SWT, ketimbang orang-orang
yang menumpuk kekayaan tanpa berjuang? [sm hal.16]
0 komentar:
Posting Komentar