يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. (Al-A’raaf: 26)
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
ARTI : Di dalam kamus dijelaskan bahwa jilbab adalah
gamis (baju kurung panjang, sejenis jubah) yaitu baju yang bisa menutup seluruh
tubuh dan juga mencakup kerudung serta kain yang melapisi di luar baju seperti
halnya kain selimut/mantel (lihat Mu’jamul Wasith, juz 1, hal. 128, Al Munawwir, cet ke-14
hal.199)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan: “Jilbab adalah
selendang yang dipakai di luar kerudung. Pendapat ini disampaikan oleh Ibnu
Mas’ud, Abu ‘Ubaidah (di dalam Maktabah Syamilah tertulis ‘Ubaidah, saya
kira ini adalah kekeliruan, -pent), Qatadah, Hasan Al Bashri, Sa’id bin Jubair,
Ibrahim An-Nakha’i, Atha’ Al Khurasani dan para ulama yang lain. Jilbab itu
berfungsi sebagaimana pakaian yang biasa dikenakan pada masa kini (di masa beliau,
pent). Sedangkan Al Jauhari berpendapat bahwa jilbab adalah kain sejenis
selimut.” (Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Syamilah)
MASA PENJAJAH Kolonial Belanda sampai pada masa Pendudukan Jepang demikian istilah yang digunakan orang tua untuk menyebutkan sekitar tahun 1930 s.d 1945.
Pakaian bagi seorang muslimah menggunakan kain kebaya seperti dicontohkan oleh ibu Fatmawati (istri Bung Karno) dengan kerudungnya. Foto-foto Ibu Fatmawati saat itu mudah dilihat di surat kabar.
Diceritakan oleh ibu pada waktu sekolah baik sekolah rakyat (SR) sekolah Kartini maupun para murid putri menggunakan kain (jarik) dan kemben. Di sore hari anak-anak mengikuti pendidikan agama Islam yang disebut Sekolah Arab (madrasah diniyah) menggunakan kain kebaya dan berkerudung. Pakaian kain kebaya dan kerudung pada saat itu belum menjadi pakaian sehari-hari, banyak pula di daerah perkotaan sudah mengenakan duster, rok ala Nona-noni Belanda tidak lagi memakai kemben.
ORDE BARU di bawah kepemimpinan Bapak Presiden Soeharto memberi angin segar bagi kaum muslimin di tanah air tercinta ini. Islam di beri ruang gerak yang nyaman. Tapi anehnya kaum muslimin terasa terbuai hingga kegiatan organasisasi masa Islam saat itu terasa adem ayem. Duduk duduk manis ngobrol sana-sini seperti orang habis nonton pertandingan bola dan mereka menceritakannya. Kenapa demikian? wajar aja karena Indonesia habis terkena musibah besar G30S-PKI. Kondisi ini sampai pada akhir tahun tujuhpulahan (1979).
Berjalannya waktu dalam menikmati kemerdekaan Indonesia pendidikan tak lagi dikekang diawasi oleh penjajah. Pengajian dan sekolah-sekolah tumbuh disana-sini. Kelompok kelompok pengajian ramai di sore hari. Pakaian muslimahpun tak lagi jadi shortcut icon anti penjajah. Kebaya dan kerudung menjadi model wanita dan ibu-ibu bukan cuman milik guru-guru agama Islam saja melainkan ibu muslimah mengenakannya, hanya saja yang non muslim tak menggunakan kerudung.
Bentuk pakaian muslimah yang lain seperti Baju Kurung pakaian panjang ala malaysia (melayu) dengan sanggulnya dan selendang sebagai hiasannya sempat menjadi trend di kalangan mudi-mudi bila pergi mengaji. Ibu-ibu lebih suka memakai kain dan kebayadan kerudung yang terbuat dari bahan brokat selendang transparan terasa anggun dan berkelas di zamanya.
Ibu Ratna Sari Dewi Soekarno
AJIBARANG adalah ibu kota kawedanaan, sebagai pusat kegiatan pemerintahan, pendidikan dan kini menjadi pusat perbelanjaan atau Pasar Induk di Kabupaten Banyumas. Di Tahun 1983 telah diperkanalkan pemakaian "Jilbab" di SMP Muhammadiyah Bersubsidi Ajibarang hanya 2 (dua) siswi Klas 1 (klas 7). Pakaian rok panjang dengan berkaos kaki dan baju lengan panjang dengan berkerudung. Pakaian olah ragapun demikian celana panjang dan kaos lengan panjang dengan berkerudung.
Dua siswa tersebut tak lepas dari perlawanan ataupun ejekan, kata-kata sinis dari masyarakat. Semua masyarakat maupun guru-guru melihat dengan penuh kesenangan. Masyarakat dengan penuh heran siswi tersebut disaat olah raga (penjaskes) dia tetap mengenakan kerudungnya berlari-lari lincah tanpa beban. Bahkan mbakyunya sendiri (kakak dari siswi) dengan penuh haru dan bahagia bila melihat adiknya yang sedang berolah raga di depan rumahnya (alun-alun). Namum tantangan datang dari dari sekolah itu sendiri, nilai pendidikan jasmani dan kesehtan (olah raga) kedua siswi itu mendapat nilai rapor6 4 (empat) mungkin saat itu masih ditulis dengan tinta merah. Demikian pula kegiatan extra kurikuler drumband tak dapat diikuti, karena harus melepaskan jilbabnya. Alhamdulillah mereka masih bisa mengikuti kegiatan lain mengikuti Cerdas Cermat Tingkat Kabupaten mewakili sekolahnya.
Ada lagi siswi Madrasah Aliyah yang aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai IPMwati mencoba mengenakan jilbab. Keluar masuk rumah bingung malu mengenakan jilbab. Pikir punya pikir akhirnya IPMwati meminta saran pada salah satu Pemuda Muhammadiyah saat itu. Gimana mas kalau aku pakai jilbab? dijawabnya bagus tapi harus ikhlas. Alhamdulillah sahutnya IPMwati berbinar-binar hatinya. Mulai saat itulah ia mengenakan jilbabnya. Tak ada kata ejekan dan tak ada kata cela mereka melenggang berjilbab.
Berjalannya waktu "Perjuangan Jilbab" memasuki satu dekade 20 tahun terhitung dari tahun 1980 hingga tahun milenium masih ada yang enggan memakai jilbab. Mereka pakai jilbab hanya untuk kondangan dan acara pengajian. Hingga suatu hari penulis menjawab pertanyaan dari seorang muslimah yang belum memakai jilbab. Penulis katakan semoga mbakyu mendapat hidayah sebelum waktu wajib memakai jilbab abis (menapouse). Alhamdulillah selang berapa lama mbakyu muslimah sudah mengenakan jilbab dan sekarang sudah berhaji, sungguh pertolongan dari Allah dan kemenangan itu dekat. Masya Allah.
Banyaklah muslimah mengenakan jilbab dengan mudah tanpa ada halangan yang berarti, hanya riak-riak kecil tak menyulutkan muslimah mengenakan pakaian yang digariskan oleh Allah swt dan Rasulullah Muhammad SAW. Hingga saat ini di dunia pendidikan para ibu guru, ustadzah para karyawati bangga mengenakan jilbabnya. Ibu-ibu muslimah keluar rumah alangkah malunya kalau tidak mengenakan jilbab. Masya Allah alam yang ramah masyarakat yang Islami memang jauh-jauh waktu telah tercipta di Ajibarang.
JAVA COMPUTER
AJIBARANG
Computer Service Center - Education, - Maintanance - Sale
Repair Computer, Laptop/NoteBook, Printer.
Lembaga Kusus dan Pelatihan Jln. Pandansari No.9
Ijin Pemda dan Telah Divalidasi
Kementrian Pendidikan Nasional Jakarta
Akta Notaris Henny Dwi BudiastutyAnggraeni, S.H, M.Kn.
Akta Notaris Henny Dwi BudiastutyAnggraeni, S.H, M.Kn.
Ajibarang - Banyumas - Jawa Tengah
Mobile-WA : 0858 7970 3659
Panggilan Ke Rumah maupun Kantor
Panggilan Ke Rumah maupun Kantor
Hari Minggu/Libur tetap Buka
0 komentar:
Posting Komentar